Mutiarani, murid kelas XII Akuntansi 1 SMKN 2 Semarang mendapatkan nilai tertinggi dalam kelulusan tingkat SMA/SMK/MA tahun 2012. Meski hidup dalam kesederhanaan, ia tidak pernah setengah-setengah dalam menempuh pendidikan.
Siswi yang dikenal pendiam tersebut tinggal bersama Ibu dan dua kakaknya yang sudah bekerja. Ibu Mutiarani, Sutarmi bekerja sebagai penjaga rumah milik pengusaha minyak di dekat rumahnya di desa Sutak RT6 RW4, Pudak Payung, Semarang. Sementara itu ayahnya, Juwarto meninggal sejak tahun 2007 lalu akibat penyakit ginjal.
Dengan penghasilan ibunya yang hanya Rp 600 ribu/bulan, tidak memiliki kesempatan untuk mengikuti pelajaran di bimbingan belajar selain sekolah. Namun demikian ia mengakali hal tersebut dengan belajar rutin mulai pukul 19.00 WIB.
Sementara itu kakak Mutiarani, Tri Utami mengatakan, adiknya setiap kali belajar tidak pernah jauh dari televisi. Meski demikian pihak keluarga tidak melarangnya.
"Anak yang tadinya diperkirakan mendapatkan prestasi malah kalah oleh Mutiarani. Tidak menyangka karena anaknya pendiam," katanya.
Mutiarani lulus dengan nilai akumulatif bahasa Indonesia 9,5 lalu nilai bahasa Inggris 9,5, Matematika 9,7 dan Kompetensi 9,6. Nilai itulah yang membuat Mutiarani memiliki nilai tertinggi ujian nasional tahun 2012.
Dara kelahiran 27 November 1994 tersebut juga mengaku terkejut dengan hasil ujian yang sangat membanggakan tersebut.
Sementara itu Kepala Dinas Pendidikan Kota Semarang, Bunyamin mengaku akan mengawal jika ada siswa berprestasi dan jika diperlukan pihaknya juga akan membuat surat rekomendasi.
Siswi yang dikenal pendiam tersebut tinggal bersama Ibu dan dua kakaknya yang sudah bekerja. Ibu Mutiarani, Sutarmi bekerja sebagai penjaga rumah milik pengusaha minyak di dekat rumahnya di desa Sutak RT6 RW4, Pudak Payung, Semarang. Sementara itu ayahnya, Juwarto meninggal sejak tahun 2007 lalu akibat penyakit ginjal.
Dengan penghasilan ibunya yang hanya Rp 600 ribu/bulan, tidak memiliki kesempatan untuk mengikuti pelajaran di bimbingan belajar selain sekolah. Namun demikian ia mengakali hal tersebut dengan belajar rutin mulai pukul 19.00 WIB.
"Sampai rumah biasanya pukul 15.00 WIB terus istirahat sebentar setelah itu membantu ibu. Terus pukul 19.00 WIB disempatkan belajar," kata Mutiarani di sekolahnya, jalan Dr. Cipto, Semarang, Sabtu (26/5/2012).
"Kalau belajar tidak pernah jauh dari televisi. Tapi kami sekeluarga percaya kalau adek (Mutiarani) bersungguh-sungguh," katanya.Mutiarani mengaku senang menonton televisi apalagi jika ada jadwal pertandingan sepak bola. Bahkan ia mengaku rela begadang setelah belajar jika tim favoritnya yaitu Barcelona berlaga.
"Tapi waktu ujian kemarin enggak bisa nonton soalnya remote televisi disembunyikan ibu," ungkapnya sambil tersenyum.Selain itu, meskipun jarak antara rumah dan sekolah Mutiarani yang mencapai 18 Kilometer dan harus ditempuh menggunakan angkutan kota, Mutiarani mengaku tidak pernah satu kalipun terlambat ke Sekolah.
"Saya berangkat dari rumah pukul 05.45 WIB, jadi enggak pernah terlambat," aku Mutiarani.Mutiarani dikenal sebagai murid pendiam dan kurang menonjol di sekolahnya. Meski demikian, menurut Kepala Jurusan Akuntansi SMKN 2 Semarang, Sri Sulasmi, Mutiarani termasuk murid yang selalu mendapatkan nilai pelajaran baik.
"Anak yang tadinya diperkirakan mendapatkan prestasi malah kalah oleh Mutiarani. Tidak menyangka karena anaknya pendiam," katanya.
Mutiarani lulus dengan nilai akumulatif bahasa Indonesia 9,5 lalu nilai bahasa Inggris 9,5, Matematika 9,7 dan Kompetensi 9,6. Nilai itulah yang membuat Mutiarani memiliki nilai tertinggi ujian nasional tahun 2012.
Dara kelahiran 27 November 1994 tersebut juga mengaku terkejut dengan hasil ujian yang sangat membanggakan tersebut.
"Tidak menyangka karena saat tryout banyak yang nilainya lebih tinggi," akunya.
"Kami akan mengawal siswa yang berprestasi dan jika perlu kami akan membuat rekomendasi bahwa siswa tersebut berprestasi," ungkap Bunyamin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar